Allah telah memberikan petunjuk pada kita untuk mengetahui dan menghisab diri kita sendiri di kehidupan dunia ini sebelum dihisab di akhirat nanti, dengan membagi manusia ke dalam tiga golongan.
Seperti Firman Allah dalam Surat Faathir ayat 32:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, maka diantara mereka ada yang menganiaya dirinya sendiri, diantaranya ada yang pertengahan, dan diantaranya da yang lebih cepat mengerjakan kebaikan dengan izin Allah. Demikian itu adalah karunia yang besar.”
Maka terbagilah manusia ke dalam tiga golongan:
Golongan yang pertama adalah Zhalimin li nafsihi yang berarti orang yang menganiaya dirinya sendiri. Golongan ini adalah orang2 yang melalaikan perintah Allah, juga melakukan perbuatan2 yang dilarang-Nya. Golongan ini peluangnya tipis untuk masuk surga, dikarenakan miskin amal shaleh. Walaupun begitu kesempatan bertobat masih terbuka. Seperti dikatakan pa ustadz, golongan ini juga termasuk orang2 yang mempertuhankan hawa nafsu. Sebagai contoh, ketika kita terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga waktu shalat ditunda atau bahkan ditinggalkan. akibatnya, orang2 ini tak akan diberi jalan yang lurus oleh Allah, kendati mereka tahu jalan yang diambilnya adalah salah. (wah jangan2 gara2 ini saya selalu tersesat)
Golongan kedua adalah golongan menengah. Artinya orang-orang ini selain melakukan amal baik, mereka juga melakukan amal jelek. Mengerjakan perintah Allah, juga mengerjakan larangan Allah. Golongan menengah ini lebih mending dari golongan pertama. Ibaratnya 50:50, kata pa ustadz. Yang jelas ia akan selamat bila ia sempat bertobat dan meningkatkan keimanan dan taqwa serta amal ibadahnya. Tapi tetap saja riskan. Soalnya siapa yang tahu kapan maut menjemput?
Golongan ketiga merupakan orang2 yang dicintai Allah. Mereka inilah yang mengerjakan kebaikan sebelum orang lain mengerjakannya. Mengingatkan untuk menjauhi perbuatan mungkar sebelum yang lain mengingatkan.
Kira-kira begitulah uraian pak ustadz mengenai
menjadi golongan pertama sudah pasti rugi. Mungkin hanya belas kasihan dari Allah yang bisa menolongnya.
Menjadi golongan kedua cukup riskan. Apalagi perbandingannya 50:50. berat dikit aja ke kiri, habislah kita. (susah yah ninggalin yang enak2)
Menjadi golongan ketiga adalah orang-orang yang paling beruntung. Namun di jaman yang kebablasan modern seperti sekarang ini, menjadi golongan ketiga harus cukup bijak dalam mengaplikasikannya ke dalam kehidupan dan pergaulan masa kini terutama dalam hal mengingatkan. Kita biasanya hanya menerima petuah-petuah dari orang yang sudah jelas kredibilitasnya, seperti dari ulama2 dalam setiap khotbah atau pengajian. Bagi kita yang belum cukup berilmu seperti ulama2, namun ingin menjadi golongan ketiga, mesti hati2 dalam setiap penyampaian, terutama dalam pergaulan dengan teman2 sehari-hari. Misalnya mengajak shalat kepada teman yang tak pernah shalat tentu tidak dengan pemaksaan. atau mengajak melakukan hal2 baik lainnya haruslah dengan pendekatan yang tepat. Alih2 dia malah keheranan bahkan kesal.
Suatu ketika, saya mendengar obrolan teman2. “Gw paling ga suka deh klo ada yang ngajak2 shalat gitu. Itu
Tapi tidakkah kita sadari jika ini adalah salah satu dari tanda-tanda kiamat. akan datang suatu masa di mana orang-orang yang mengajak dalam kebenaran dan kebaikan telah di cap sebagai orang-orang aneh?
Nah sodara2, kira2 termasuk golongan manakah kita sekarang? Tentunya sodara2 sudah bisa menghisab diri sendiri. Lalu golongan mana yang paling banyak di dunia ini? Saya hanya bisa prediksi, golongan yang paling sedikit di dunia ini adalah golongan ketiga. wallahualam
Wassalam
0 komentar:
Post a Comment