Friday, February 16, 2007

Investasi Akhirat

Leave a Comment

Pelajaran penting saya dapatkan di hari Jum’at ini. Pak ustadz menerangkan sebuah hadis yang sebenarnya sudah begitu akrab di telinga umat Islam. Sayangnya, selama ini saya rada bolot untuk meresapi makna sebenarnya dari hadis tersebut, yang berbunyi : “Apabila mati anak Adam, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak lelaki yang shaleh yang mendoakannya.”

Maksud dari hadis tersebut tiada lain: selama shadaqoh yang kita berikan dan ilmu yang kita miliki memberikan faedah bagi si penerima atau lingkungan sekitar, maka amalan tersebut akan terus mengalir memenuhi tabungan kita di akhirat. Begitu pula, bila kita memiliki anak lelaki yang shaleh yang selalu mendo’akan kita, maka ketika kita meninggal, do’anya itu akan menjadi bekal kita nanti di alam kubur.

Dalam perjalanan pulang, saya pun berkhayal. Andai saya bisa membangun masjid, lalu mesjid itu makmur karena banyak orang yang shalat di sana, wah… lumayan yah, buat ngurangin beban dosa. Ah, jangan muluk2 dulu deh. Dari shadaqoh pun peluang investasi terbuka lebar. Coba kita bayangkan, ketika bershadaqoh, kita tak menyadari, secara tidak langsung kita “mengubah” nasib si penerima yang sedang kelaparan, misalnya. Walau pun perubahan nasibnya itu melewati proses yang panjang. Tapi seperti kata pak ustadz bilang, selama amalan itu memberikan faedah bagi si penerima, maka amalan tersebut tak putus. Dari pemberian itu, ia bisa makan, lalu ia melanjutkan perjalanan, terus mendapatkan pekerjaan misalnya, dan bila Allah berkehendak ia bisa menjadi orang sukses dan menyebarkan banyak faedah pula. Tuh, lumayan kan, kita juga nanti kecipratan untung dari orang itu, walau pun kita sudah mati.

Sama halnya dengan ilmu. Ketika kita dengan ikhlas mengajarkan ilmu yang kita miliki, lalu ilmu itu membawa faedah bagi banyak orang dalam jangka panjang, maka kita menjadi orang yang beruntung karena amalan itu terus mengisi tabungan akhirat kita. beruntunglah mereka yang menyempatkan waktunya mengajar anak2 mengaji, dan para guru yang dengan ikhlas serta penuh semangat mengajarkan ilmunya hingga banyak murid2nya yang berhasil. Tentu saja banyak cara selain itu. apa saja yang kita kuasai, maka amalkanlah. Apa pun walau hanya secuil, asalkan memberikan manfaat bagi siapa saja, maka kita mendapatkan ganjarannya.

Nah, yang terakhir adalah do’a anak lelaki yang shaleh. Ngehayal lagi deh… klo punya anak nanti, apalagi anaknya laki, sudah menjadi kewajiban bagi saya untuk sebisa mungkin membentuk akhlaknya yang baik, agar nantinya menjadi anak yang shaleh dan membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi bila saya meninggal duluan, do’anya akan menolong saya.

Nah yang jadi pertanyaan,
Kapan terakhir kita bershadaqoh jariyah?
Sudahkah kita memberikan ilmu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita, walaupun hanya dengan sepatah atau dua patah kata?
Apakah kita sudah menjadi anak yang shaleh bagi orang tua kita? Bagaimana kita membentuk akhlak yang baik bagi anak kita nanti, sedangkan kita sendiri tak berusaha membuang akhlak buruk?

Ah, memang sulit untuk mencapai akhlak yang sempurna seperti Rosulullah SAW. Tapi yang terpenting kita memiliki niat yang kuat untuk berakhlak baik. Hehe.. tapi tetep aja susah ya?
Klo gitu, gimana klo kita mulai berinvestasi dari sekarang? Untungnya kan lumayan, dan jauh lebih besar di banding investasi di dunia. mumpung masih hidup dan sehat, tunggu apalagi? Yuuuu….


Wassalam!!

0 komentar: