Wednesday, July 18, 2007

Mau ngojeg? Bayar dulu...

2 comments

Nyari duit jaman sekarang harus serba pake duit, bos. Mau kerja, pake duit. Mau usaha, ya pake duit juga. Mau jadi tukang ojek? Apalagi. Sebagian orang tahu kalo mau ngojeg itu memang harus setor duit juga. Katanya untuk uang keanggotaan. Yang membuat saya miris adalah besaran uang pendaftaran yang mencapai jutaan rupiah. Di kawasan rumah saya, ongkos pendaftaran untuk menjadi anggota adalah empat juta. Itu belum seberapa, karena memang masih dianggap standar.

Tapi ada yang lebih edan lagi. Di sebuah area sukamiskin, uang pendaftarannya mencapai 10 juta-an. Masih ada yang lebih dari itu. di salah satu kawasan cipadung nilainya mencapai 12 juta! Kenapa harus sebesar itu? katanya besaran uang itu disesuaikan dengan kondisi area tersebut. Makin ramai penumpangnya, ya makin mahal keanggotaanya. Lalu, kepada siapa uang itu diserahkan? Uang itu diserahkan kepada ketua pengurus ojek setempat yang bernama aparat. Apa yang didapatkan setelah membayar uang pendaftaran? Si ojeg mendapat jaminan keanggotaan resmi dari aparat sampai habis masa umur! Selain itu, setiap anggota juga mendapat perlindungan dari ketua pengurus area.

Keterangan lain menyebutkan pemungutan ini dilakukan untuk mengendalikan jumlah pengojeg yang makin semrawut. Dengan begitu, jumlah pengojeg di tiap area dibatasi. Si anggota pun berhak keluar dari keanggotaan dengan menjual kartu ke pengojeg baru dengan harga lebih murah dari ongkos pendaftaran pertama. jadi bagi yang mau ngojeg ngga gampang. Apalagi kalo quotanya sudah penuh. Si pendaftar harus ngantri sambil nunggu anggota lain yang mau menjual kartunya. Udah susah nunggu, bayar pula, bah!

Namun, tak heran bila banyak orang yang pengen ngojeg. Ternyata penghasilannya memang cukup lumayan. Kerjanya cuma bolak-balik nganterin orang tapi bisa punya penghasilan lebih dari orang kantoran. Seorang teman, mantan tukang ojek, sebut saja Hadi, dalam suatu kesempatan pernah bilang, dalam sehari tukang ojek bisa mendapat bersih 100 ribu rupiah bila penumpangnya lagi rame. Penghasilan perharinya memang ngga tentu. Tapi kalo rajin nyari penumpang ampe seharian bisa lebih dari seratus ribu. Setoran buat dapur dijamin cukup. Makanya, banyak orang yang berani kredit motor buat ngojeg, karena mereka yakin cicilannya bisa ketutup.

Sayangnya, menurut Hadi, segelintir tukang ojek menghabiskan sebagian hasil jerih payahnya itu untuk hal-hal yang negatif. Misalnya, judi, perempuan, dan miras. Kalo miras alasannya untuk membuat badan mereka tetap bugar, apalagi bila harus lembur sampe malam. Alasan lain adalah solidaritas. Bila tidak ikutan minum ia takut diledek banci atau dikucilkan oleh yang lainnya (hmmm…). Nah, akhirnya, cicilan motor dan resiko dapur saling tarik menarik. Hasil akhir bisa ditebak. Cicilan macet, motornya disita! Tapi, lanjut Hadi, tidak semua pengojeg seperti itu. Banyak diantara mereka yang budiman dan hidup sejahtera dari hasil ngojeg. Di luar semua itu, resiko yang patut diperhatikan yaitu kesehatan. Selama seharian tubuh mereka diterpa angin. Yang paling bahaya bagi mereka yang sering lembur sampai tengah malam bahkan dini hari. Mereka rentan dengan berbagai penyakit hawa malam terutama penyakit paru-paru. Ya, harus pandai-pandai jaga kondisi, ngatur waktu, dan keuangan, agar uang pendaftaran yang jutaan itu tidak hangus sia-sia.

Jadi kesimpulannya, tukang ojeg yang sering kamu tumpangi itu modal awalnya gede, lho. Bagi yang sudah punya motor, ia tinggal membayar uang keanggotaan saja yang ditentukan di areanya. Tapi bagaimana kalo belum punya motor? Tarolah, ia ngambil motor bekas seharga lima juta. kemudian ia harus membayar keanggotaan 10juta rupiah. Huh... tak jauh beda dengan tiket masuk PNS…

2 komentar:

Iwok said...

Bro, postingan2nya keren dan inspiring banget. saya usulin coba ikutan lomba ispiring Blog di http://innovabook.blogspot.com/

hadiahnya lumayan euy, jaba dijadiin buku. cek aja dulu blog diatas , oke?

gun sikasep said...

hehe thx bro, kan ente atuh guruna, ok saya coba, wish me luck as lucky as u are..