Monday, October 29, 2007

Kawan, kau tetap rocker sejatiku

Leave a Comment

“Pekerjaan kita bukan tujuan, melainkan nasib”.

Sebuah kalimat dari selembar stiker yang saya dapat di buku TTS. Saya nggak nyangka kalau kalimat itu mendapat hujatan dari teman-teman saya. Komentarnya beragam, “Kenapa sih kamu nempelin kalimat sampah!”, atau “Kalimat yang tidak penting”, atau “Kalimat yang membuat pesimis!” Ah, saya tak ambil pusing. Lagian tujuan saya cuma ingin menyulap meja saya yang sebenarnya hanya sebuah bak mandi plastik itu menjadi penuh dengan stiker. Apalagi pada awalnya saya pun tidak menyadari makna dari kalimat tersebut. Ya, asal tempel. Yang penting meja saya penuh dengan stiker. That’s all!!

Namun pertemuan saya dengan teman lama sebelum ramadhan kemarin, kembali mengingatkan saya pada stiker tersebut. Waktu itu saya sedang belanja di sebuah kios yang letaknya masih di area perumahan tempat saya tinggal. Tiba-tiba dari jarak beberapa meter, seorang penunggang sepeda susu KPBS melambai-lambaikan tangannya sambil memanggil nama saya. Lho, dari mana dia tahu nama saya? Begitulah batin saya bertanya. Saya malah celingak-celinguk, bengong sambil menoleh ke arah belakang, barangkali orang itu memanggil seseorang di belakang saya. Melihat saya kebingungan, ia bergegas menghampiri. Ia tak henti menebar senyuman sambil menuntun dan memarkirkan sepedanya yang nampak berat karena mengangkut boks berisi susu kemasan plastik itu. “Gun, apa kabar?” sapanya bersemangat dengan segera mengulurkan tangan mengajak bersalaman. “Baik..” saya masih bengong namun berusaha menyambut dengan senyuman. Sebuah senyuman yang bermakna : “Siapa elo?”

“Kamu lupa? Saya Riki (bukan nama sebenarnya), teman kamu waktu di CLK” (perumahan tempat saya tinggal dulu).

Hah, Riki? Ya ampun. Kenapa jadi begini, jek?!! Batin saya berteriak tanpa bermaksud merendahkan pekerjaannya. Maksud saya, ini bukan Riki yang saya kenal. Penampilannya jauh dari kesan seorang rocker!! Pakaiannya kucel dan memakai sandal jepit. Walau gondrong ia lebih mirip tukang bangunan karena memakai topi lusuh. Oh, come on…

Ya, Riki, seorang rocker sejati yang pernah saya kenal. Setiap obrolannya selalu saja tentang musik rock. Koleksi kaset rock dan metalnya juga komplit. Di grup band-nya, ia seorang vokalis merangkap gitaris. Bersama band-nya ia rajin manggung di berbagai ajang, tak terkecuali berbagai festival pun ia jelajahi, walau tak pernah menang! Sebagai sesama anak band, saya pun tak jarang manggung bareng dengannya. Ya, kita sama-sama merasakan pahit dan manisnya mengadu nasib menjadi anak band dari panggung ke panggung. Kita juga sama-sama tahu bagaimana keringat mengalir deras untuk menggapai cita-cita setinggi langit. Yup, menjadi rock star!!

Sekarang sudah kurang lebih tiga belas tahun berlalu. Menjadi pedagang susu sudah tentu bukan cita-citanya. Itu dilakukan semata-mata tuntutan keadaan kehidupannya sekarang. Ia mengakui keinginan itu masih ada. Bahkan sampai sekarang ia masih setia mendengarkan lagu-lagu rock di rumahnya. Namun sorot matanya tak menampakkan lagi ambisi seorang rocker. Seakan punah ditelan waktu dan usia. Hanya cerita-cerita sedih tentang keluarganya yang mengisi obrolan kami saat itu. Tak ada yang bisa saya lakukan, selain membeli susu KPBS-nya sebanyak empat bungkus. Saya benci cara dia menerima uang saya dengan membungkukkan badannya, sambil mengucapkan terimakasih dengan nada yang berlebihan, seperti menunjukkan seorang yang rendah. Menyedihkan… Rocker tidak boleh begitu, kawan. Rocker harus menegakkan kepala, lantang sekeras kau berteriak, lepas sebebas kau bernyanyi.

Setibanya di rumah, saya langsung teringat sticker “bodoh” itu. Ya, memang benar. Kadang nasib kita tidak sesuai dengan tujuan kita. Kita harus siap mengantisipasinya. Rencana A,B,C,D bahkan sampai Z sekali pun, adalah sistem yang patut diperhitungkan agar pekerjaan atau cita-cita tidak melenceng terlalu jauh. Mungkin si pembuat sticker itu pun mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Tidak ada yang salah dengan persepsi teman-teman saya maupun tulisan tersebut. Mari kita samakan saja persepsi, bahwa segala sesuatu yang kita alami adalah memang sebuah nasib yang ditentukan oleh sejauh mana usaha yang kita perjuangkan. Tulisan tersebut akan lebih bermakna positif bila kita rubah menjadi : “Pekerjaan kita mungkin bukan tujuan, tapi nasib kita harus lebih baik dari tujuan itu.” (hehe.. jadi panjang dong stikernya)

Kawan, sekarang kau adalah pedagang susu, kelak kau harus memiliki pabrik susu. Semoga nasibmu itu akan membawamu kepada tujuanmu.

Selamat berjuang kawan, kau tetap rocker sejatiku…

Keep on rockin' dude!!

sikasep,
Yang masih berambisi menjadi rocker beken!

0 komentar: