Wednesday, December 26, 2007

IT MIGHT BE YOU

Leave a Comment
Falling in love… again…
Dalam dua minggu terakhir ini, saya sedang kesengsem dengan lagu “It might be u” dari Stephen Bishop. Diputeeeeer terus bolak-balik nggak bosen-bosen. Yeah, rocker juga butuh lagu-lagu seperti ini. Ada sebuah kondisi yang memaksa untuk bermelow-melow ria. Ini semua gara-gara momen yang saya alami sekitar dua minggu lalu. Tepatnya gara-gara seorang malaikat cantik yang saya hampiri di tepi jalan waktu itu. Damn…

Awalnya saya sedang mencari alamat seorang mitra kerja di daerah Pasteur. Kebetulan saja di tepi jalan yang sudah mulai gelap itu ada seorang wanita sedang berdiri sendirian. Tanpa pikir panjang saya menepikan si kumbang dan berhenti kira-kira berjarak dua meter darinya tanpa turun dari motor.

“Mbak, mau tanya! Kalo jalan Terusan Dursasana di mana yah?!” Saya berteriak dengan suara yang… lumayan rusak dan cempreng. Tapi rupanya teriakan saya tadi tenggelam dalam ributnya deru kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Apalagi saya masih memakai helm dan syal yang membekap mulut. Mungkin wanita itu berpikir, “ngomong apa ni orang?”

Wanita berambut sebahu itu menghampiri saya sembari mendekatkan wajahnya. “Iya, ada apa, Mas?” Wajah yang tadinya nampak samar karena pantulan sinar dari lampu-lampu mobil yang lewat, kini nampak jelas di depan mata. Dalam hitungan sepersekian detik saya terpana memandangnya. Dada yang sesak karena rasa dongkol ditilang polisi beberapa menit sebelumnya, langsung mendadak sejuk!

Paras dan senyuman itu belum pernah saya temukan sebelumnya. Hmmm.. Ternyata dari semua definisi kecantikan yang saya tahu, ada definisi kecantikan lain dengan level yang lebih tinggi lagi. Ada sesuatu yang istimewa darinya, yang mungkin tidak dimiliki Luna Maya. Ya, saking istimewanya, saya belum bisa mendefinisikan kecantikan wanita ini (ngomong opo, sih?)

Dengan semangat’45, saya segera membuka helm, lalu memajang muka semanis mungkin, dan mengulang pertanyaan dengan intonasi suara yang lebih dikontrol. Suara trebelnya diturunkan, dan suara bas diperbesar. Tak lupa reverb di naikkan sedikit, sehingga terdengar lebih gentle. Ehem..ehem tes..tes 123…bas.. bas.. kalimat pun saya atur serapih mungkin agar tidak terdengar belepotan (tapi nyatanya tetep aja… gubrak!!!).

“Mmm.. numpang tanya yah, hhh… kalo jalan …(glek, mendadak lupa!!)… Terusan Dursasana di sebelah mana yah?” (fiuuuh!!)

Ia memainkan bibirnya sebelum menjawab. “aduh, nggak tahu, yah” jawabnya menggeleng disertai senyuman semanis tebu.

“Mas coba aja tanya ke tukang parkir,” wanita itu menunjuk pria berseragam oranye yang sedang berdiri beberapa meter darinya.

“yayaya… makasih yah” saya mengangguk-angguk lalu turun dari motor.

Fokus jadi beralih. Saya jadi sibuk memikirkan strategi yang tepat untuk berkenalan. Yang saya khawatirkan dia keburu naik angkot. Akhirnya konsentrasi buyar saat tukang parkir memberi petunjuk arah jalan, karena saya terus-terusan menengok ke perempuan berbaju ungu itu. Ya, takut tiba-tiba saja dia menghilang.

Buru-buru saya kembali. Dia masih berdiri di hadapan motor saya, dan tersenyum menyapa.
“Gimana?”
“Ya, ternyata harus balik lagi, udah kelewat.”
“Ooh..” Ia mengangguk-angguk. Sedangkan saya diam sebentar seperti orang linglung. Yeach, bingung, bagaimana harus memulai, bos?

“Mmm.. makasih yah.” Akhirnya hanya kata-kata itu saja yang terlintas dalam pikiran. Salam perpisahan yang bodoh. Rasanya setelah itu saya tidak bisa menemukan lagi kata yang tepat. Dengan ragu saya menaiki si kumbang. Saya pun enggan untuk menyalakan kontak. Saya hanya melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu, seperti mencari sesuatu ke dalam saku celana, lalu memencet-mencet hp, seperti orang sedang sms. Ah, kenapa saya jadi kaku begini? Tidak seperti di masa-masa lalu yang tak pernah merasa canggung dan repot bila ingin kenalan? Terlebih lagi, saya takut bila momennya tidak tepat.

Sampai akhirnya, naluri berbisik : “Bos, jangan sia-siakan kesempatan. Coba pikir, untuk apa dia berlama-lama berdiri di situ? Padahal angkot berbagai jurusan yang kosong sudah berseliweran dari tadi. Kalo mau, dia udah naik dari tadi, bos. Itu tandanya, dia juga nungguin kesempatan. Ayo sergap bos, kalo ga sekarang, kapan lagi bisa ketemu dia?”

Damn.. naluri ini ada benarnya juga. Lumayan, bisikan itu berhasil memancing motivasi. Perlahan saya melirik ke arahnya. Dia masih berdiri di dekat saya. Mata indahnya memandangi jalan raya, sedangkan rambutnya menari-nari karena hembusan angin.

Naluri kembali berbisik : “Bos, lihat! Dia menghela nafas. Itu tandanya dia mulai kesal karena ente terlalu berlama-lama.” Ya, ya… oke, oke.. ini juga mau turun, kok. Baru saja kunci kontak saya cabut, suara peluit tukang parkir mengejutkan saya. Priiit!! Priiit!!

“Maaf pa, tolong majukan motornya, ini mobil mau parkir.” Sial! Saya pun memajukan motor sejauh tiga meter ke depan.

Saya segera menoleh ke belakang. Kepala saya celingukan seperti radar canggih mencari posisi wanita itu. Ah, syukurlah dia masih ada. Tapi posisinya sudah melebar agak jauh dan terhalang oleh orang-orang yang menunggu angkot. Saya sempat kaget karena ketahuan curi-curi pandang. Baru kepergok seperti itu saya langsung kikuk! konyolnya lagi, tiba-tiba saya mengontak seorang teman tanpa niat sedikit pun. Akibatnya pulsa terkuras oleh obrolan yang tak penting dan tiada guna itu, hanya untuk sekedar menyembunyikan rasa gugup ini. Bodoh sekali…

Naluri berbisik lagi : “Bos, coba tengok deh ke belakang. Dia sedang ngeliatin, bos!” Ah, masa, sih. Wuiih, pandangan matanya menembus tepat di mata saya ketika saya menoleh, walau akhirnya kami cepat saling melempar arah pandangan. “Betul kan bos, apa yang saya bilang? Sok atuh, nanti dianya keburu ilfil, bos!” tukas naluri ini. Saya mulai keGe’eR-an. Ada senyum yang terbentuk dari rasa PeDe ini.

Oke..oke.. beri saya waktu untuk menarik nafas. Ya, kupikir inilah saatnya. Sudah terlalu lama hati ini mati suri. Tidak baik untuk kesehatan jiwa dan raga bila terus-terusan menyendiri. Bisa-bisa saya gila atau mati karena kesepian!!

Nafas sudah dihempaskan. Kepala sudah ditegakkan. Hati berbinar-binar memancarkan kembali sinar yang pernah redup untuk bangun dari masa dorman.

Saya pun turun dari motor (adegan slow motion, yah). Bila ksatria cinta sudah merasuki jasad, maka kalimat-kalimat indah akan terakumulasi dalam otak dan akan keluar secara otomatis dan alami membuat wujud kita nampak sempurna.

Tapi sebentar.. ada yang salah dengan skenario nya. apa yang terjadi pemirsah…Baru satu langkah saja berpijak, seorang lelaki bermotor datang menghampirinya sambil memberikan helmnya. Rupanya dari tadi dia sedang menunggu jemputan!! Sh…t!! Hampir saja. Dengan cepat saya segera kembali menaiki motor dan lagi-lagi pura-pura mengutak-atik hp. Suara motor melintas di telinga. Nampak malaikat cantik itu memeluk erat kekasihnya. Ah, saya tak sanggup menatapnya lama-lama. Saya menundukan kepala seperti seorang loser.

Naluri berbisik lagi : “Bos, ayo kejar aja. Paling tidak, kita nanti tahu rumahnya!” Tidak, teman. Hati ini terlanjur hangus. Ksatria cinta sudah gosong di dalamnya. Lampu taman hati sudah meredup lagi. Sudahlah, tak perlu memperburuk situasi lagi. Naluri langsung diam tak bicara tanda mengerti.

Malam sudah tiba. Perjalanan harus dilanjutkan. Kunci kontak dinyalakan. Motor digerung-gerungkan. Nafas pun dihempaskan lagi. Saya dan si kumbang kembali meneruskan perjalanan diantara kemacetan dan sumpeknya polusi kendaraan. Tak lupa kupasang senyuman untuk menghibur hati di malam yang sempat membuat saya happy itu. 

Ada rencana ke depan untuk mencarinya lagi?” tanya teman-teman dalam Forum Curhat Para Lelaki Teraniaya, di tenda nasi goreng kawasan Jl. Dipatiukur, *di suatu malam minggu yang mendung.

“Ya, suatu saat, saya akan kembali ke sana, ke tempat yang sama, di hari dan waktu yang sama pula.” Jawab saya mantap. Tentu saja setelah masa dorman ini usai…

Ini dia soundtrack yang tepat buat sayah :
IT MIGHT BE YOU (Stephen Bishop)
Time, I've been passing time watching trains go by
All of my life
Lying on the sand watching seabirds fly
Wishing there could be someone
Waiting home for me
Something's telling me it might be you
It's telling me it might be you
All of my life
Looking back as lovers go walking past
All of my life
Wondering how they met and what makes it last
If I found the place would I recognize the face
Something's telling me it might be you
It's telling me it might be you
So many quiet walks to take
So many dreams to wake and there's so much love to make
I think we’re gonna need some time
Maybe all we need is time
And it's telling me it might be you
All of my life
I've been saving love songs and lullabies
And there's so much more
No one's ever heard before
Something's telling me it might be you
Yeah, it's telling me it must be you and
I'm feeling it'll just be you
All of my life
It's you, it's you I've been waiting for all of my life
Maybe it's you Maybe it's you I've been waiting for all of my life.

0 komentar: