Tuesday, December 12, 2006

“Dendam” seorang prajurit TNI

Leave a Comment

Setiap orang pasti mendambakan sebuah pekerjaan yang sesuai dengan keinginan atau cita-citanya. bila pun tidak, sedikitnya kita memiliki motif yang logis dalam memilih sebuah pekerjaan, misalnya dari pada nganggur, atau karena besarnya gaji, dsb. Tapi lain halnya dengan Mas yang satu ini. karena lupa namanya, sebut saja mas TNI. Ia bertekad menjadi tentara karena motif “dendam.” Mau tahu ceritanya? Lucu dan mengharukan…

Berikut petikan “wawancara” di sebuah kantin pabrik garment di kawasan rancaekek beberapa waktu silam:

“nge-makloon mas?”
“oh, ngga. Saya cuma ikut nganter karyawan kakak saya, sambil jalan-jalan ngabisin cuti,” jawabnya dengan logat jawa.
“emang kerja dimana mas?”
“saya TNI mas, tugas di jakarta
“ooh… udah lama di TNI?”
“sekitar lima tahun”
“sudah menikah?”
“calonnya juga belum ada”
“gimana kesan jadi tentara?”
“jadi tentara itu cape. Klo dibandingkan dengan pegawai kantoran ya lebih enak kantoran lah.”
“emang dulu cita-citanya jadi tentara?”
“nggak”
“lho? Ko bisa?”
“sebetulnya gara-gara hal sepele. Saya waktu SMP sering diejekin sama cewe. Dia masih tetangga saya. dia bilang saya tuh ngga kan bisa jadi apa-apa nantinya. Dia juga bilang saya ngga kan bisa klo jadi tentara. Nah kata-kata terakhir itu yang bikin saya ga enak. Saya langsung bilang sama dia, suatu saat nanti saya akan datang lagi ketika saya sudah jadi tentara. Dari situ saya kerja keras biar bisa masuk TNI”

Saya melongo mendengar pengakuannya itu. ternyata berlatar pembuktian!

“terus apa komentar cewe itu setelah mas jadi tentara?”
“iya, saya datangi dia. Lalu saya bilang. Nih, kamu liat kan, janji saya sudah ditepati. sekarang saya sudah jadi tentara. Sekarang mau apa?”
“dia jawab apa mas?”
“ngga, dia ngga ngomong apa-apa. Tapi saya puas sudah membuktikan ke dia” (yaaah, udah berjuang bertahun-tahun ngga ditanggapi?)
“emang ada hubungan spesial sama cewe itu?”
“mm.. ngga (nadanya ragu bgt)
“pernah ikut perang?”
“sering, terutama di daerah-daerah konflik seperti Aceh”
“wah, gimana perasaan mas waktu perang, takut?”
“perasaan takut itu muncul ketika menjelang perang. Terutama pas kita menyusuri daerah-daerah rawan. Tapi rasa takut itu langsung hilang ketika suara tembakan mulai terdengar. Klo sudah begitu, urusannya tugas. Ya udah perang”
“ada rencana cari pekerjaan lain?”
“wah ngga tahu mas, susah juga”
“susahnya?”
“jadi tentara itu, mau masuk susah keluar susah. Klo mengundurkan diri ada yang sampe disiksa, malah ada yang dipenjara, jadi kaya di ospek lagi.” (yang bener ah, masa sih sampe segitunya?)
“terus perasaan mas sekarang gimana, masih betah ngga?”
“ya harus dibetah2in, namanya juga tugas. Lagian sekarang saya udah biasa kok. Klo urusan cape ya itu juga udah biasa.”

Jalan hidup memang Tuhan yang menentukan. Tapi siapa sangka orang-orang membuat pilihan hidup semudah membalikkan tangan. Gila yah, sebuah ejekan bisa membuat orang benar-benar nekad. Demi harga diri orang selalu tergerak untuk bekerja keras. Apalagi bila didukung “dendam”, nampaknya obsesi itu bisa benar-benar terwujud. Amazing…
Berbahagialah bagi orang-orang yang menerima banyak ejekan.

So… apakah kamu punya “dendam?” gunakanlah sebaik2nya untuk mendukung keinginan, tentunya dengan alasan yang LOGIS!!

Wasallam

0 komentar: