Monday, April 21, 2008

Ada nama yang bikin bingung...

Leave a Comment

“Kang, ini no hp saya. Kapan bisa survey? Barry.”

Sms itu lah yang akhirnya mengantarkan saya pergi ke Jakarta lima hari lalu, bersama partner saya Teh Diah, sang arsitek yang lebih akrab dipanggil Umit. Untuk pertama kalinya, kami mendapatkan calon klien dari luar Bandung. Itu berarti kami juga belum pernah bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan. Di perjalanan dalam kereta, saya sempat membayangkan sosok Pak Barry (saya baca : Beri! yaiyalaaah.. ane kan lulusan sastra inggris!) Hmm.. beliau ini pasti berusia kisaran empat puluhan dan berbadan gemuk. Bagi saya sangat penting membayangkan sosok yang akan saya hadapi. Alasannya, hanya untuk referensi pribadi.

Akhirnya kami pun sampai di TKP atas bantuan kakak saya yang rela menjemput di stasiun Gambir. Maklum, saya buta Jakarta. Padahal dari Gambir ke Menteng Raya ternyata deket banget!!

“Permisi Mba, saya mau ketemu sama… Pak.. Beri,” ujar saya kepada resepsionis. Pak Beri?? Mmm.. kurang tahu yah.. di sini ngga ada yang namanya Pak Beri,” jawabnya kebingungan. Kakak saya dan si Umit langsung menoleh ke arah saya dengan wajah siap menerkam. Yeach, pasti mereka pikir ada yang ngga beres.

“Bapak tahu bagian apa?” Mba berkerudung itu balik nanya.
“Justru itu saya lupa nggak nanya, Mba. Tapi gak apa-apa, saya punya no.hp nya kok, saya coba telpon dulu yah.” Tulalit.. tulalit… nomor tersebut tak bisa dihubungi. Tapi saya mencoba bersikap tenang di hadapan mereka.

“Gimana Gun?” Umit terlihat panik.
“Ga diangkat, mungkin lagi sibuk”

Sementara si Umit kelihatan manyun. Bisa dimengerti. Saya juga merasa sedikit panik sedikit. Bagaimana kalau salah alamat? Atau lebih parah lagi, ternyata nama yang dimaksud bener-bener ga ada orangnya.

Seorang satpam yang dari tadi nguping mencoba membantu. “Orangnya kaya gimana, Pak?” Yah, meneketehe pak. “Kita belum pernah ketemu, Pak. Selama ini komunikasi lewat telpon.” Mereka yang ramah itu mempersilahkan kami untuk duduk di lobi. Sambil menunggu, saya terus mencoba menghubunginya.

Suara RBT lagu dari Letto mengalun.. akhirnya nyambung juga!! “Pak, ini saya sudah nyampe di kantor.”

“Oya, tunggu sebentar saya segera ke sana.” Raut panik pun hilang. Kami merasa lega.

Tak lama berselang, seorang pria berbadan tinggi menghampiri. Rambutnya gondrong di ikat ke belakang. Ia melempar senyum sambil menjulurkan tangan. “Oh, ini yah dari Bandung.”

Setelah orang itu muncul, barulah, Mba resepsionis dan satpam itu serentak nyeletuk. Oooh, Bapak cari Pak Barry (baca : Bari, Bukan beri!). Huaah gubrak!! Kami pun tertawa akibat miskomunikasi tadi. Kedengarannya sepele. Tapi ternyata pengucapan nama begitu pentingnya, sehingga kejadian tersebut bisa terjadi. Saya jadi bertanya-tanya, sebetulnya yang kebule-bulean itu saya atau Pak Barry. Karena saya jamin, kamu pasti setuju dengan cara pengucapan saya yang kebulean : Ya, Beri!

Kami pun naik ke lantai empat. Beliau mempersilahkan masuk ke ruangan yang desain interiornya memang bergaya jadul. “Kita males dengan suasana ruangan yang seperti ini. jadi tolong, dibikin kaya apa lah biar kita kerja semangat,” pintanya. Umit, sang arsitek dengan cekatan mencatatnya. Sementara saya sibuk mengukur luas ruangan itu.

Di sela-sela negosiasi, Pak Barry nyeletuk. “Yang saya bayangin, Bapa Gun ini, orangnya gendut, udah tua, kumisan dan botak.”

“Haha.. sama Pak, yang saya bayangin juga Pak Barry seperti itu, gendut, tua, kumisan.” (ternyata seumuran dan sama gondronk). Tawa kami memecah suasana hening ruangan itu yang para penghuninya nampak sibuk dengan tumpukan file di mejanya.

Begitulah, miskomunikasi bisa terjadi dalam bentuk apa saja. Dari mulai penyebutan nama, sampai persepsi kita tentang sosok yang belum kita lihat wujudnya. Konyol memang. Dalam perjalanan pulang, saya senyam-senyum sendiri membayangkan kejadian itu. Mau ketawa ga ada temen karena si Umit sudah terhanyut dengan alam mimpinya. Ah, ada-ada sajah…

0 komentar: