Kita tak pernah menyadari bila bahaya tengah mengintai dalam setiap perjalanan kita. Apalagi fakta menunjukkan bahwa pengguna motor masih tercatat sebagai korban kecelakan tertinggi. bila diingat-ingat, sering sekali saya nyaris celaka di jalan raya. Tapi syukurlah, Allah SWT masih melindungi saya. Seminggu lalu, Dia kembali melindungi saya. Untuk bahaya yang satu ini, saya baru pertama kali mengalaminya. Sebuah peringatan yang bagus, karena setelah kejadian ini saya tak segan lagi membeli syal pelindung leher (what should i call it?).
Begini lho ceritanya, saat hendak pulang dari Majalaya, saya menemukan rute baru (jalan tikus) menuju Ujungberung. Jalannya asik banget. Ngga ada mobil, ngga ada macet, pokonya sepi lah. Karena sepi, saya pun tancap gas sekencangnya sambil bernyanyi riang sekencangnya pula (ah, bad habit). Perjalanan sepi nan panjang itu rasanya tak berarti, karena di depan saya terbentang langit yang membiaskan sorot mentari sore yang menawan. Sesekali saya memandangi anak2 yang sedang main layangan jauh di pinggir sungai Citarum. Ah, sore yang indah...
Tapi seketika semua buyar saat terlihat pantulan sinar yang tipis dari benang yang membentang di hadapan saya. Dengan sisa jarak dan kecepatan motor seperti itu, tentu saya tak mampu mengelak. Hasilnya, leher saya terjerat bagian benang layangan yang tajam itu. Bunyi gesekan terdengar di bagian leher saya. Motor tak bisa saya hentikan mendadak karena saya pikir akibatnya bisa fatal juga. Dalam hitungan sepersekian detik itu, tangan saya masih mencoba meraba-raba untuk memegang benang tersebut. Yang saya pikirkan saat itu hanyalah bagaimana keadaan leher saya? Motor pun oleng ke kiri dan ke kanan. Untunglah jalan sepi.
Nah buat kalian penunggang motor yang budiman, ternyata manfaat syal pelindung leher itu tak sekedar gaya ato biar ngga masuk angin doang, tapi paling tidak, syal bisa meminimalisir kecelakaan seperti pengalaman yang saya alami.
0 komentar:
Post a Comment